Dipteria/diphtheri
merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Penyakit ini semakin jarang ditemukan oleh karena keberhasilan
imunisasi dasar di Indonesia, yaitu imunisasi DPT (Dipeteri,
Pertusis, Tetanus). Namun, beberapa waktu lalu, kasus Dipteria mulai
muncul di wilayah Jawa Timur, menandakan terjadinya kemunduran
cakupan program imunisasi nasional. Meskipun penyakit ini mulai
jarang ditemukan, ada baiknya mengetahui beberapa gejala dan tanda,
serta pencegahannya.
Epidemiologi
Dipteria merupakan
penyakit infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini
mampu menghasilkan eksotoksin (racun yang dialirkan melalui darah)
yang menghambat sintesis protein. Kemampun eksotoksin ini menyebabkan
penyakit Dipteria memiliki gambaran klinis yang tersebar tidak hanya
di lokasi infeksi, melainkan di organ-organ yang lain.
Penyakit ini
ditularkan melalui droplet saat batuk ataupun berbicara. Bahkan,
diketahui pula dapat menyebar melalui pencemaran air. Karena
penyebaran melalui droplet ini, penyakit dipteri mudah terjadi pada
pemukiman yang padat dengan sanitasi yang buruk.
Manusia merupakan
reservoir (istilah untuk menunjukkan organisme tempat hidup
Corynebacterium diphtheria), terutama mereka yang mengalami infeksi
kulit. Rentangan umur tersering yang mengalami Dipteria berkisar 1 -
6 tahun.
Gejala dan Tanda
Bakteri C. diphtheria mampu menginfeksi beberapa tempat, seperti konjunctiva,
tonsil, faring, laring, genital, dan bagian kulit lainnya. Lokasi
yang paling sering terinfeksi adalah tonsil-faring (50%) sehingga
dikenal dengan sebutan Dipteri Tonsil-faring (Faucial diphtheria,
Diphtheritic diphtheria). Lokasi kedua -namun sangat membahayakan-
adalah Dipteri Laring (Croupous diphtheria) dengan frekuensi
terjadinya hampir 25%.
:Membran semu keabu-abuan pada tonsil-faring |
Gejala umum infeksi
diphtheria meliputi demam, sakit kepala, lemas seluruh tubuh, dan
gelisah. Dipteri yang terjadi pada daerah tonsil-faring menunjukkan
gejala sakit tenggorokan, nyeri menelan, serta batuk yang
berkepanjangan. Pada pemeriksaan fisik sering kali ditemukan adanya
selaput keabu-abuan di daerah tonsil. Kelenjar-kelenjar limfa leher
juga sering kali mengalami pembesaran sehingga menunjukan gambaran
leher kerbau (bull neck).
: Gambaran menyerupai leher kerbau (Bull Neck) |
Gejala umum dipteri
daerah laring serupa dengan gejala pada daerah tonsil-faring.
Perbedaanya, sering kali terjadi perubahan suara/serak pada
penderita, disertai stridor/suara ngorok saat menarik nafas. Jika
terus berlanjut, maka laring dapat tertutup dan menyebabkan sulit
bernafas. Pemeriksaan fisik menggunakan cermin tenggorokan sering
kali ditemukan pseudomembran (suatu bentukan selaput tipis) yang
menempel pada daerah laring.
Gejala pada tempat
yang lain tergantung lokasi infeksi bakteri C.diphtheria. Gejala
dapat berupa infeksi pada mata, infeksi pada telinga yang mampu
menyebabkan lubang pada genderang telinga, kebiruan dan luka pada
kulit, nyeri dada dan kelainan pada jantung. Meskipun demikian, dapat
juga ditemukan infeksi diphtheri tanpa gejala yang spesifik mengarah
pada infeksi ini.
No comments:
Post a Comment
Apakah Anda memiliki pengalaman kesehatan seperti Artikel di atas ? Silakan berbagi kisah Anda dengan Kami....